Rabu, 29 Oktober 2014

Kidung Cinta Bangsacara-Ragapadmi (edisi 6)

PortalMadura.Com – Ragapadmi mendayung perahunya sekuat yang dia bisa. Gelombang laut mengombang-ambingkan perahu kecil itu, membuatnya kewalahan mengendalikan arah. Namun, walau dengan susah payah, lambat laun Pulau Mandangin kelihatan semakin dekat juga.


Tadi pagi, ia terbangun dengan sangat gelisah. Mimpi buruk di ujung fajar itu seolah menjadi penutup yang pahit dari malam hangatnya bersama Bangsacara. Menakutkan, dalam mimpi ia melihat Prabu Bidarba murka, dan Bangsacara terbujur kaku bersimbah darah. Lebih cemas lagi ia ketika menyadari bahwa Bangsacara tak lagi berbaring di sisinya.


Ibu Bangsacara mengatakan bahwa laki-laki itu telah pergi pagi-pagi sekali untuk berburu kijang di Pulau Mandangin. Walau wanita tua itu berkali-kali meyakinkan bahwa takkan terjadi apa-apa, karena Bangsacara sudah biasa berburu di sana, tapi Ragapadmi tetap tak bisa tenang. Mengapa Prabu Bidarba murka? Apakah salah yang dilakukannya dengan Bangsacara? Bukankah raja itu telah menendangnya keluar istana, seolah dirinya anjing kudisan?


Ketika matahari makin bertambah tinggi, kegelisahan itu tak lagi bisa dibendungnya. Ragapadmi berlari ke dermaga. Ia bermaksud menyusul Bangsacara ke Pulau Mandangin. Tapi tak ada lagi perahu besar yang akan berangkat ke pulau itu. Ragapadmi hanya menemukan sebuah perahu kecil, entah milik siapa. Tanpa pikir panjang ia mendayung sendiri perahu itu ke arah Pulau Mandangin.


Senja telah merah ketika ia sampai di pantai Pulau Mandangin. Dari pantai terdengar suara anjing yang melolong-lolong menyayat hati. Anjing-anjing Bangsacara! Dengan beribu cemas ia berlari ke arah suara lolongan itu. Dan di tengah rerimbunan hutan Pulau Mandangin ia akhirnya melihat apa yang sudah ia lihat di dalam mimpinya.(Bersambung, Cerpen Karya Rahadi W- Mandangin Bersama, 28 Mei 2013).



Kidung Cinta Bangsacara-Ragapadmi (edisi 6)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar