PortalMadura.Com, Jakarta – 7 Juli 2014 – Direktur Eksekutif NCID Jajat Nurjaman mengatakan video kericuhan di sekitar TPS yang berada di Victoria Park, Hong Kong, mungkin adalah bagian dari sebuah operasi intelijen. Lebih tepatnya, sebuah operasi intelijen yang dirancang untuk menjatuhkan citra Calon Presiden RI Prabowo Subianto.
“Ada pemain intelijen yang menyiapkan kamera dan kurang lebih 200 orang. 200 orang ini sengaja baru diarahkan ke TPS setelah TPS ditutup. Banyak saksi mata di lapangan yang melaporkan, mereka sudah sampai di Victoria Park jauh sebelum jam TPS ditutup, tapi kenapa menunggu sampai jam ditutup baru bergerak ke TPS? Dan kenapa pakai mengatakan mereka ditolak memilih karena ingin mencoblos capres nomor urut dua?” ujar Jajat dalam rilisnya yang diterima Redaksi PortalMadura.Com, Senin (7/7/2014).
Jajat mengatakan, “Hak memilih dan dipilih memang dilindungi oleh undang-undang. Namun ketika ada aturan seperti batas waktu memberikan suara yang sudah ditetapkan tentu semua pihak harus menghormati aturan tersebut. Melihat situasi politik saat ini situasinya 60-40 antara Prabowo atau Joko. Dampak dukungan SBY kepada Prabowo sangat luar biasa. Namun dampak dukungan SBY bisa tergerus jika penyelenggara pemilu dan aparat dicitrakan berpihak ke Prabowo. Rakyat Indonesia harus waspada akan taktik intelijen seperti ini” tutup Jajat.
Sebelumnya diberitakan, ratusan WNI di Hongkong kecewa karena tak bisa menggunakan hak pilihnya dalam pilpres. Mereka tak bisa mencoblos karena terlambat datang dari waktu yang sudah ditentukan ke Tempat Pemilihan Suara (TPS).
“Sesuai undangan, pemilu dimulai pukul 09.00 hingga pukul 17.00,” ujar Konsuler Jenderal (Konjen) untuk Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Hong Kong, Chalief Akbar saat dikonfirmasi sejumlah media, Minggu (6/7/2014).
Chalief mengatakan waktu penutupan TPS disesuaikan dengan izin yang diberikan oleh pemerintah Hongkong. Sebab, Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) menggelar hajatan lima tahunan kali ini di ruang publik di Victoria Park.
“Sekitar pukul 17.30, sekitar 200 WNI yang mengaku belum mencoblos melakukan demonstrasi. Mereka meminta PPLN untuk membuka TPS kembali,” tutur Chalief.(rls/htn)
NCID : Video Kericuhan di Hong Kong Mungkin Bagian dari Operasi Intelijen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar